1

Mengurus legalisir surat kuasa di KBRI London dan metode pembayarannya

Bulan ini saya disibukkan mengurus penjualan tanah milik keluarga besar di kampung halaman saya yang kebetulan sertifikatnya atas nama saya. Sesuai peraturan notaris setempat saya diwajibkan untuk membuat surat kuasa dengan legalisir dari KBRI setempat. Saya pikir caranya akan semudah mengirim, membayar dan menerima kembali. Oh ternyata tidak.

Begini alurnya:

  1. Baca web yang ini: http://indonesianembassy.org.uk/consular/pelayanan-kekonsuleran-bagi-wni/legalisasi-dokumen
  2. Bukan yang ini: http://kemlu.go.id/london/id/tentang-perwakilan/Pages/Legalisasi-Dokumen.aspx, karena harga yang tertera berbeda.
  3. Tentu saja untuk amannya saya ambil harga yang paling mahal yakni 20 poundsterling
  4. Download template surat kuasa yang ada di link nomor 1. HARUS ada alamat di Inggris, nomor passport dan nomor KTP kedua pihak. Jika tidak lengkap maka harus mengulang membayar dua kali. Ini penting!
  5. Buat cover letter yang menyatakan keinginan kita untuk melegalisasi dan sertakan kontak kita (alamat, email, hp) agar jika ada yang kurang bisa langsung dihubungi.
  6. Sertakan amplop balasan special delivery (6.45 poundsterling) dan jangan lupa tulis nama dan alamat kita. Jangan lupa catat nomor tracking code nya.
  7. Sertakan copy paspor (dan halaman lapor diri kalau ada).
  8. Sertakan dua copy surat kuasa yang sudah mengikuti format di web nomor 1. Tidak perlu pakai materai.
  9. Sertakan POSTAL ORDER sebesar 20 poundsterling. JANGAN LUPA, cantumkan nama payee: “EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA”. Ini istilahnya crossed POSTAL ORDER. Jika postal ordernya kosong berbahaya, bisa dicairkan siapa saja, sifatnya seperti uang cash. Karena pengalaman saya mengirim postal order ke KBRI tanpa nama adalah HILANG entah kemana,  Pihak KBRI mengaku tidak pernah menerima dan di amplop saya sudah dalam kondisi KOSONG TANPA POSTAL ORDER, padahal saya masih menyimpan receiptnya! (Ajaib kan? Anda pasti tahu hilang kemana, mungkin diambil jin penunggu gedung atau ketlingsut di tempat sampah)
  10. Lalu kirimkan menggunakan special delivery (6.45 poundsterling).
  11. Tunggu 3-5 hari kerja.

Saya menulis ini karena pengalaman saya cukup buruk dengan urusan legalisasi. Saya mengirim hingga 3 kali dengan 2 kali postal order (karena yang pertama hilang), dan saya harus menunggu lebih dari 2 minggu hanya untuk mendengar bahwa di amplop saya kosong tidak ada postal ordernya. Hingga akhirnya saya harus mengirim kembali postal order yang kedua kali dengan payee tertulis. Surat pertama yang saya kirimkan tidak mengikuti format yang ada di web kbri, karena itu saya harus mengulang. Surat kedua saya kirimkan tanpa postal order karena saya pikir hanya perbaikan tidak ada masalah dengan pembayaran saya. Surat ketiga saya kirimkan lengkap dengan postal order kedua dan format surat kuasa yang benar. Dan di ketiga surat yang saya kirimkan, saya menyertakan amplop special delivery semuanya, karena saya khawatir kalau postal order saja bisa hilang, bisa jadi amplop balasan saya HILANG juga. Jadi kebayang kan betapa mahalnya ongkos yang saya keluarkan karena ketidak pengalaman saya mengurus legalisasi surat di KBRI. Agar saya ingat dan membuat orang lain aware, saya tulis disini agar lebih berhati2.

Begitu cerita saya hari ini, buat yang sedang mengurus surat surat dan birokrasi, selamat berjuang, Anda tidak sendirian 🙂

 

3

Stop comparing yourself to others

Salah satu pelajaran berharga yang kami dapatkan saat bersekolah disini adalah menerima bahwa diri kita ini unik. Disertasi nya PhD itu ngga ada nilainya seperti master atau undergraduate project. Yang ada hanyalah lulus atau tidak lulus, revisi major atau revisi minor. Hal itu membuat kami tersadar, bahwa memang benar, hasil penelitian itu unik, tidak ada rankingnya, proses pembuatannya pun tidak singkat, butuh waktu minimal 3 tahun. Jika ditarik ke level filosofi kehidupan, artinya semua manusia itu ditempa dengan cara yang unik, dalam jangka waktu yang panjang dengan hasil yang berbeda-beda.

Tidak ada seorang pun yang akan memahami apa yang kita harapkan selain diri kita sendiri. Dulu kami berdua suka mencari contoh seorang figur orang hebat yang sukses dalam kriteria kami, untuk kami jadikan motivasi dalam hidup, bahwa someday kita bisa jadi seperti orang itu. Tapi ternyata hari ini semua itu sudah tidak bisa berlaku lagi. Karena kami menyadari bahwa ternyata semua manusia itu unik.

Perjalanan hidup, bekal pengetahuan, pengalaman pribadi, lingkungan keluarga dan sosial, banyak hal yang kita tak pernah tau sebenarnya apa yang terjadi dalam hidup seseorang, sehingga akan sulit menyamakan cita cita dengan orang lain. Orang lainpun tak ada yang memahami betul siapa diri kita saat ini, mengapa kita berubah, mengapa mengambil keputusan ini dan itu. Jadi tak ada gunanya lagi menjelaskan tentang siapa sebenarnya diri kita, begitupun mencari tahu tentang resep kesuksesan orang lain.

Mengapa ada orang yang menjadi hebat, terlihat sukses dengan mudahnya tanpa harus melalui aral seperti kita? ya karena kita nggak tau cerita lengkapnya. Kita nggak pernah tau bagaimana struggle nya orang-orang hebat itu, apa backgroundnya, siapa keluarganya, dsb. Kalaupun kita dikasih ingredient yang sama dengan mereka, belum tentu juga hasilnya akan sama. Yang mungkin kita tau hanyalah sedikit yang kita sanggup cerna dan mungkin sangat nyata: bahwa kini mereka dalam posisi berprestasi dan sukses. Ambillah contoh seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan orang-orang hebat lainnya. Apakah kita tau benar bagaimana budaya di tempat mereka dibesarkan? Yang mereka punya sangat berbeda dengan yang kita alami. Banyak hal yang meleset dari pengetahuan kita tentang kisah hidup mereka yang menginspirasi.

Yang kami pegang saat ini adalah fokus target kami berdua saja, dengan mengenali kekuatan dan kelemahan masing2, tak perlu lagi mencontoh dan membandingkan diri dengan orang lain. Manusia itu tidak pernah comparable. Dari sidik jarinya saja unik, apalagi yang lain-lainnya. Kalau ada di kemudian hari orang yang men-judge kami karena keputusan2 yang kami ambil, pastilah mereka tak tau dan tak perlu tau struggle nya kami seperti apa. Kami unik, dan orang lainpun unik. Kami pun sudah tak bisa lagi men-judge orang hanya berdasar pendeknya pengetahuan kami tentang mereka. Stop comparing yourself to others, it will only make your life worse.

2

Keep Moving Forward

Jika boleh saya mengingat ingat perjalanan kami berpindah dari Indonesia ke sini, rasanya kok saya nggak sanggup ya menjalaninya. Kalau disuruh mengulang lagi saya nggak mau. Tapi itulah hidup. Kalau dibayangkan pasti akan sulit, tapi ketika dijalani ya berjalan begitu saja, mengalir seperti air.

Ada quote yang bagus dari sebuah film (yang saya lupa judulnya), intinya yang paling penting dalam hidup itu adalah ‘move on’.  Nah dalam arti apa nih, ya move on, meninggalkan semuanya untuk melanjutkan hidup baru.

Ketika kami pindah ke sini, banyak kejutan2 yang diluar dugaan kami, termasuk kehamilan anak ketiga kami, dan juga kematiannya yang begitu mendadak, ternyata banyak hal yang memang luput dari rencana.  Dari awal rencana menjual rumah di Indonesia sampai akhirnya tidak jadi karena ternyata uang nya masih cukup dengan hidup hemat sehemat hematnya. Kalau diingat2, saya juga tidak setegar yang saya ceritakan, hari demi hari diisi dengan mewek nangis2 di kamar karena kangen anak kangen suami, harus pisah selama 6 bulan, harus mandiri dalam kondisi hamil muda, sambil menyiapkan presentasi riset 3 bulan pertama, nyari sekolahan anak2 disini sampai mencari akomodasi.

Kalau diingat2 kenapa saya bisa melalui semua itu, karena saya ingat ini cita2 kami berdua yang harus kami perjuangkan sama2.. harus move on, harus berani meninggalkan masa lalu, harus mau menerima hidup yang berbeda.

Di bintaro memang enak sekali, kerjaan dekat rumah, ada mobil, ada rumah, sekolah anak2 juga dekat, pekerjaan suami pun sudah settle. Tapi demi cita2 kami harus keep moving on, kalau nggak sekarang kapan lagi? Kami berdua bertemu di kampus, punya cita2 untuk terus sekolah sampai setinggi2nya, menghabiskan waktu dari kampus ke kampus. Menempuh pendidikan memang salah satu prioritas kami, baik untuk kami sendiri maupun anak2. Karenanya harus berani melepas semuanya meski blum jelas bagaimana akhirnya. Apakah akan lebih baik setelahnya? Belum tentu juga, tidak ada yang tau kan!

Tahun ini adalah tahun terakhir studi saya disini, entah apa yang akan terjadi tahun depan, uang beasiswa saya sudah pasti berhenti, tabungan sudah tidak ada dan kalau dibayangkan sudah tidak ada solusinya lagi. Memikirkan kepulangan pun tidak mudah, memindahkan sekolah anak2 ke Indonesia menjadi satu peer yang berat juga mengingat biaya sekolah yang makin melambung, belum juga adaptasi mereka yang nggak pernah pulang selama 4 tahun, memikirkan tempat tinggal, kami hanya punya rumah cicilan tanpa isinya karena sudah dibuang semua. Ah sudahlah… saya mencoba tenang menjalani seperti air mengalir, meski sekarang belum jelas mau apa, at least saya tidak lagi sendiri seperti awal datang kesini, InsyaAllah akan lebih mudah. Memikirkan yang tidak pasti itu hanya membuang kesenangan hari ini, mengambil waktu hari ini dan mengisinya dengan kegalauan, buat apa? sungguh sia sia sekali ya waktu yang terbuang.. Banyak hal yang lebih berguna untuk dilakukan hari ini, yang nanti biarlah berjalan nanti. Belajar dari sebelumnya, resepnya adalah “nggak usah dibayangin, nggak usah terlalu dipikirin, just keep moving forward!”

5

Happy 10th anniversary my blog :)

Ya ampuun ternyata tanggal 1 Februari 2017 kemaren adalah ulang tahun ke-10 blog saya tercinta ini 🙂

Iseng2 mengamati postingan pertama saya di blog ini berjudul “Sewa atau beli rumah?”, wah ternyata dipublish 10 tahun yang lalu. Saya merasa it’s soooo amazing how time flies very fast. Saya ingat pertama euforia blogger tahun 2007, sampe acara kopdar emak-emak, senang sekali. Banyak hal yang sudah saya dapat dari blog ini, teman sahabat, kritik dan komen positif tak terasa menyumbang banyak energi positif dalam hidup saya.

Kalau dirunut lagi, dibaca lagi, bagaimana semua perjalanan hidup saya ceritakan satu persatu rasanya seperti.. wow.. every second of my life is so worth. I am happy. I am blessed. I am healthy.

Buat blogger yang udah mulai surut semangatnya, percayalah blog Anda adalah suatu hal yang sangat berguna, lebih banyak cerita daripada hanya menyimpan foto kenangan saja. Just keep writing. Suatu hari nanti jika kita membaca lagi catatan hidup kita sendiri, kita akan lihat betapa berharganya semua detik yang pernah kita jalani.

1

Anak kita bukan milik kita tapi milik jamannya

Sepertinya pepatah ini benar. Sebagai orang tua kita tak lagi bisa membesarkan anak seperti bagaimana kita dulu dibersarkan oleh orangtua. Jamannya sudah banyak berubah. Jaman dulu tidak ada teknologi internet, jaman sekarang hidup tanpa internet seperti hidup tanpa air, bisa mati (gaya) 😀

Nah memang susah mengubah pola berpikir orang tua yang harus menyesuaikan jaman anak, karena jaman kita kecil ya semua serba mudah. Tinggal dikunci aja di rumah, anak udah gak bisa maen kemana2. Nah jaman sekarang? anak dikekep di rumah, ya malah bahaya maenan internet sepanjang hari. Merelakan anak menjadi milik jamannya memang tidak mudah, perasaan serba khawatir pasti terus menghantui. Deg2an pastinya.

Anak saya belum remaja loh, adudududuh bagaimana nanti ya kalau sudah remaja. Tapi, saat ini simpan saja kekhawatiran yang belum tentu terbukti. Anak saya itu pulang sekolah yang dicari internet, karena dia punya temen chatting sekarang. Saya dan suami tau sih siapa teman chattingnya, tapi tak henti2nya kami terus mengingatkan bahwa banyak orang jahat di internet, harus hati-hati. Dan kami tak lupa terus mendampingi mereka bermain, jadi tau apa yang dimainin, dengan siapa mereka berbicara, apa yang dibicarakan.

Ini memang dilema. Saya dulu sempat berusaha melarang penggunaan internet di rumah untuk anak2 pada jam2 tertentu, karena saya berusaha meng-encourage anak2 untuk menonton acara televisi (BBC) yang contentnya jelas jauh lebih mendidik. Tapi ternyata mereka bosan!  Mereka lebih ketagihan maen internet, duh!  Akhirnya suami mulai memilihkan alternatif mainan di internet yang lebih kreatif dan bagus untuk anak-anak. Dan tentu saja, suami juga ikut main bersama mereka, jadi kalau ada update baru mereka langsung menginfokan ke ayahnya. Tapi saya tetap menerapkan jam-jam tertentu untuk maen internet.

Saya sih bukan psikolog ya, tapi menurut saya pada prinsipnya orang tua itu harus memberikan hak anak. Hak anak itu banyak, bukan hanya fasilitas fisik saja, namun juga hak untuk diajak bicara, hak untuk disayangi, dipeluk, hak untuk dididik dan dikasih tau mana yang salah dan mana yang benar, hak untuk diberi reward saat berprestasi, dan hak untuk mengutarakan keinginannya. Saya tidak mau berpikir muluk2 nanti kalau besar mereka akan jadi apa. Yang saya inginkan saat ini adalah mereka dapatkan semua haknya di masa kecil, saya ngga mau mendzolimi mereka dengan membunuh keceriaan masa kecilnya, karena memory yang kita buat hari ini akan melekat kuat sampai mereka besar nanti. Kadang-kadang memang saya masih kelepasan memarahi anak-anak yang ngga langsung nurut kalau disuruh, misal disuruh gosok gigi malah maen terus, disuruh tidur malah bertengkar. Hmm… memang naluri ya.. gak bisa ditahan. Tapi biasanya setelah marah, saya peluk mereka, saya minta maaf dan menjelaskan kenapa saya marah, biasanya anak2 langsung luluh dan mengerti, jadi besok tidak diulang lagi. Biasanya kejadian anak-anak kena marah itu malam hari, tapi paginya kami sudah kruntelan lagi. Dan setiap pagi bangun tidur acara kruntelan dengan mereka di satu kasur adalah acara yang paling ditunggu-tunggu 🙂

Begitupun dengan minat dan bakat seninya, si kakak pintar menggambar dan makin kesini karakter nya makin kuat, tapi kami sepakat untuk membiarkan bakatnya mengalir secara natural. Kami nggak mau mempressure anak untuk hal yang satu ini. Siapa tau dia ada bakat lain yang ternyata dia lebih enjoy, jadi kami membiarkan mereka explore dulu. Si adek suka bikin film, and hey he’s only 5 years old! Kami terus berusaha memfasilitasi tapi nggak menuntut mereka untuk terus bergerak disitu dan mengoptimalkan bakatnya. Nanti ada waktunya, kalau mereka mau.

Merelakan anak menjadi milik jamannya memang sulit. Apalagi jika kita sebagai orangtua masih memiliki keinginan pribadi, impian2 masa kecil yang belum terpenuhi. Tapi kalau kita terus belajar pasti bisa. Dan anak-anak pada masanya akan memilih jalannya sendiri, yang bisa jadinya berbeda dengan jalan orang tuanya. Tapi itulah anak-anak, tugas orangtua hanyalah mengantar dan memberi pendidikan yang terbaik, sisanya, berdoa dan serahkan kepada jamannya.